Hutan seluas 434 km ini terletak di kecamatan Tegaldlimo dan kecamatan Purwoharjo. Didalam hutan Alas Purwo anda bisa menemui banyak hal, mulai dari pantai, fauna, goa, wisata religi dan masih banyak lagi yang bisa anda temui.
Terdapat 40 buah tempat yang dapat disebut sebagai goa alam dan buatan antara lain Goa Jepang untuk melihat peninggalan dua buah meriam sepanjang 6 meter, Goa Istana, Goa Padepokan dan goa lainnya untuk wisata budaya dan wisata goa.
Taman Nasional Alas Purwo dengan luas 43.420 ha terdiri dari beberapa zonasi, yaitu :
Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 Ha
Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 Ha
Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 Ha
Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 Ha.
Rata – rata curah hujan 1000 – 1500 mm per tahun dengan temperature 22°-31° C, dan kelembaban udara 40-85 %. Wilayah TN Alas Purwo sebelah Barat menerima curah hujan lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah sebelah Timur. Dalam keadaan biasa, musim di TN Alas Purwo pada bulan April sampai Oktober adalah musim kemarau dan bulan Oktober sampai April adalah musim hujan.
Secara umum kawasan Taman Nasional Alas Purwo mempunyai topografi datar, bergelombang ringan sampai barat dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis (322 mdpl).
Keadaan tanah hampir keseluruhan merupakan jenis tanah liat berpasir dan sebagian kecil berupa tanah lempung. Sungai di kawasan Taman Nasional Alas Purwo umumnya dangkal dan pendek. Sungai yang mengalir sepanjang tahun hanya terdapat di bagian Barat Taman Nasional yaitu Sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kuncur, Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang Srengenge.
Secara umum tipe hutan di kawasan Taman Nasional Alas Purwo merupakan hutan hujan dataran rendah. Hutan bambu merupakan formasi yang dominan, ± 40 % dari total luas hutan yang ada. Sampai saat ini telah tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana, dan pohon.
Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di Taman Nasional Alas Purwo dapat di kelompokkan menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau/mangrove, hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan (Feeding Ground).
Keanekaragaman jenis fauna di kawasan Taman Nasional Alas Purwo secara garis besar dapat dibedakan menjadi 4 kelas yaitu Mamalia, Aves, Pisces dan Reptilia. Mamalia yang tercatat sebanyak 31 jenis, diantaranya yaitu : Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), Macan Tutul (Panthera pardus), Lutung (Trachypithecus auratus), Kera Abu-abu (Macaca fascicularis), dan Biawak (Varanus salvator).
Burung yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 236 jenis terdiri dari burung darat dan burung air, beberapa jenis diantaranya merupakan burung migran yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 39 jenis. Jenis burung yang mudah dilihat antara lain : Ayam Hutan (Gallus gallus), Kangkareng (Antracoceros coronatus), Rangkok (Buceros undulatus), Merak (Pavo muticus) dan Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris). Sedangkan untuk reptil telah teridentifikasi sebanyak 20 jenis.
Tumbuhan khas dan endemik pada taman nasional ini yaitu sawo kecik (Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya adalah ketapang (Terminalia cattapa), nyamplung (Calophyllum inophyllum), kepuh (Sterculia foetida), keben (Barringtonia asiatica), dan 13 jenis bambu.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), burung merak (Pavo muticus), ayam hutan (Gallus gallus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus melas), dan kucing bakau (Prionailurus bengalensis javanensis). Satwa langka dan dilindungi seperti penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas) biasanya sering mendarat di pantai Selatan taman nasional ini pada bulan Januari s/d September.
Pada periode bulan Oktober-Desember di Segoro Anakan dapat dilihat sekitar 16 jenis burung migran dari Australia diantaranya cekakak suci (Halcyon chloris/ Todirhampus sanctus), burung kirik-kirik laut (Merops philippinus), trinil pantai (Actitis hypoleucos), dan trinil semak (Tringa glareola).
Misteri
Bertapa, semedi, sayan (gotong-royong sewaktu mendirikan rumah), bayenan serta selamatan – selamatan lain yang berkaitan dengan pencarian ketenangan bathin masih dilaksanakan. Pada hari – hari tertentu seperti 1 suro, bulan purnama, bulan mati, masyarakat datang ke kawasan TN Alas Purwountuk bersemedi. Tempat ini pun sangat terkenal dengan keangkerannya. Dahulu banyak orang yang tersesat dan dirampok serta dibunuh oleh perampok yang berdiam di Alas purwo. Disana juga banyak terdapat tempat Mahluk Halus berada. Sehingga Sampai kini tempat ini masih terkenal keangkeran-nya sebagai tempat terangker di Pulau Jawa.
Masyarakat sekitar taman nasional sarat dan kental dengan warna budaya “Blambangan”. Mereka sangat percaya bahwa Taman Nasional Alas Purwo merupakan tempat pemberhentian terakhir rakyat Majapahit yang menghindar dari serbuan kerajaan Mataram, dan meyakini bahwa di hutan taman nasional masih tersimpan Keris Pusaka Sumelang Gandring.
Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila banyak orang-orang yang melakukan semedhi maupun mengadakan upacara religius di Goa Padepokan dan Goa Istana. Di sekitar pintu masuk taman nasional (Rowobendo) terdapat peninggalan sejarah berupa “Pura Agung” yang menjadi tempat upacara umat Hindu yaitu Pagerwesi. Upacara tersebut diadakan setiap jangka waktu 210 hari.
Taman nasional ini memiliki ragam obyek dan daya tarik wisata alam dan wisata budaya (sea, sand, sun, forest, wild animal, sport and culture) yang letaknya tidak begitu jauh satu sama lain.
1. G-Land atau Pelengkung Beach
Plengkung yang berada di sebelah Selatan Taman Nasional Alas Purwo telah dikenal oleh para perselancar tingkat dunia dengan sebutan G-Land. Sebutan G-land dapat diartikan, karena letak olahraga selancar air tersebut berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G. Ataupun letak Plengkung berada tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis yang terlihat selalu hijau (green-land). Plengkung termasuk empat lokasi terbaik di dunia untuk kegiatan berselancar dan dapat disejajarkan dengan lokasi surfing di Hawai, Australia, dan Afrika Selatan.
Menyelusuri pantai pasir putih dari Trianggulasi ke Plengkung akan menemukan daerah pasir gotri. Pasir tersebut bewarna kuning, berbentuk bulat dan berdiameter sekitar 2,5 mm.
Pantai yang satu ini sangatlah terkenal di dunia karena pantai ini adalah The Giant 7 Wave Wonder. salah satu ombak terbesar di dunia setelah Miami. julukan itu di berikan oleh peselancar asing. kebanyakan turis atau peselancar asing pergi ke tempat ini menyewa boat dari Bali. Akan tetapi lewat jalur darat juga bisa. Dari pos Pancur pengunjung harus menyewa jeep yang telah disediakan oleh pengelola. Karena jalan ke Pelengkung masih alami jadi kendaraan tidak diizinkan masuk. Harga menyewa mobil jeepnya sekitar 500.000 rupiah. selain naik mobil jeep yang disewakan. Pengunjung diperbolehkan jalan kaki ataupun naik sepeda gayung. Tapi hal ini sangat tidak dianjurkan karena jaraknya sekitar 9 km. Selain pantai Pelengkung, masih banyak pantai yang indah di Alas Purwo.
2. Wisata Religi : Pura Giri Saloka
Pura ini diyakini sebagai peninggalan Majapahit. Adanya penyerangan besar besaran dari kerajaan Mataram membuat kerajaan Majapahit hancur. Sehingga disinilah kerajaan Majapahit membangun benteng terakhir hingga akhirnya hijrah ke pulau Bali. Katanya Pura Kuno ini sudah ada sejak abad ke 14. Selain untuk ibadah pura ini dijadikan gerbang untuk memasuki wilayah sakral di Alas Purwo.
3. Sadengan
Sadengan. Terletak 12 km (30 menit) dari pintu masuk Pasaranyar, merupakan padang pengembalaan satwa seperti banteng, kijang, rusa, kancil, babi hutan dan burung-burung.
Padang rumput dengan berbagai fauna ada di Sadengan. Tempat ini pula pertahanan terakhir hewan asli Asia Tenggara, Banteng jawa. Waktu yang tepat untuk melihat fauna fauna di tempat ini adalah pagi hari dan sore hari. Fauna yang sering muncul adalah Merak dan Banteng. Anda bisa melihat dengan jelas Banteng Banteng ini. Karena hidupnya bergerombol. Untuk membedakan mana jantan dan betinanya cukup mudah kok. Dengan hanya melihat warnanya. Jika warnanya hitam maka banteng itu jantan. jika coklat maka betina. Adanya feeding ground memberikan manfaat yang banyak bagi fauna di Sadengan ini. para fauna tidak usah mencari jauh jauh untuk mencari makanan. selain feeding ground disini juga disediakan sumber air buatan, yang membuat hewan hewan hidup semakin sejahtera.
Sedangkan kalau kita ingin melihat penangkaran Penyu kita bisa pergi ke Pantai Ngagelan. Terletak 7 km dari Trianggulasi (Terletak 13 km dari pintu masuk Pasaranyar berupa pantai pasir putih dengan formasi hutan pantai untuk kegiatan wisata bahari dan berkemah) untuk melihat beberapa jenis penyu mendarat untuk bertelur di pantai dan aktivitas penangkaran penyu.
4. Bedul Mangrove
Berdekatan dengan Samudra Hindia membuat Banyuwangi selalu berhati hati dengan bencana Sunami. Untuk mengantisipasi bencana tersebut, Banyuwangi mempunyai banyak hutan mangrove. Salah satunya di Alas Purwo . Bedul Mangrove mempunyai luas 1200 hektar, 800 hektarnya masuk kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Banyak peniliti yang meneliti mangrove disini. Menurutnya mangrove disini mempunyai keunikan tersendiri dan menjadi mangrove yang utuh di pulau jawa. tercatat jenis mangrove disini terdapat 27 jenis serta beberapa jenis burung; seperti, burung imigran australia, Raja Udang, Elang Laut, dan beberapa Bangau.
Cara pencapaian lokasi:
Banyuwangi-Pasaranyar 65 km, dan Pasaranyar-Trianggulasi 12 km menggunakan mobil. Trianggulasi-Plengkung, menyelusuri pantai sepanjang 10 km. Lokasi lainnya seperti Danau Segara Anak, Sadengan, Rowobendo dapat ditempuh berjalan kaki dari Trianggulasi.
Kalau ada pertanyaan atau anda suka dengan "Dibalik Keangkeran Alas Purwo Yang Menawan" di atas silahkan masuk pada kolom komentar di bawah. Thanks.